Terapi Cairan 1
Terapi cairan merupakan salah satu komponen terapi dalam penanganan pasien kritis. Dalam materi kali ini kita akan belajar mengenai bagaimana terapi cairan.Yuk....
Terapi Cairan adalah suatu tindakan untuk mempertahankan atau mengganti cairan tubuh dengan memberikan cairan infus kristaloid (elektrolit) atau koloid (plasma ekspander) sebagai langkah untuk mengatasi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
Jadi inti dari terapi cairan itu sendiri adalah untuk mencegah/memperbaiki status cairan dan elektrolit pasien. Perlu diingat bahwa cairan intravena itu sendiri adalah obat, jadi dalam pemberiannya harus mengikuti kaidah "4D", yaitu:
- Drug
- Dosing
- Duration
- De-escalation
Klasifikasi cairan terutama terdiri dari 3, tergantung dari tujuannya, yaitu cairan untuk resusitasi, rumatan, dan replacement.
Tujuan resusitasi pada terapi cairan adalah untuk mengembalikan volume intravaskular -> preload optimal -> cardiac output optimal -> perfusi ke jaringan menjadi adekuat.
Sedangkan tujuan rumatan pada terapi cairan adalah untuk memenuhi kebutuhan tubuh (cairan, elektrolit, dan nutrisi) saat fungsi saluran cerna terganggu.
Fisiologi Terapi Cairan
Sebelum melangkah lebih lanjut, baiknya kita mendalami terlebih dahulu mengenai fisiologi cairan dalam tubuh kita. Jumlah cairan di tubuh kita adalah sekitar 60% dari total berat badan kita. Secara garis besar, cairan berada di dalam sel (intraseluler) dan di luar sel (ekstraseluler). Di luar sel sendiri, cairan menempati beberapa tempat yaitu, intravaskuler (terletak didalam pembuluh darah), interstitial (di luar pembuluh darah dan diluar sel) serta transelular (ditempat lainnya). Yang berhubungan dalam regulasi cairan pada umumnya adalah mengenai kompartemen intraseluler dan ekstraseluler.
Distribusi cairan ditubuh sendiri, mencakup 40% intraseluler, 20% ekstraseluler (15% interstital, 5% intravaskular).
Berikutnya kita akan membahas mengenai osmosis dan tonisitas. Osmosis adalah pergerakan air melintasi membran semipermeabel dari sisi yang memiliki lebih sedikit solute (zat terlarut) ke sisi yang lebih banyak solute. Sedangkan Osmolaritas adalah jumlah solute (zat terlarut) dalam 1L larutan. Nilai normal dari osmolaritas plasma adalah 285-295 mOsm/L.
Tonisitas adalah perbandingan tekanan osmosis antara dua cairan yang dipisahkan oleh membran semipermeable. Ada 3 istilah yg dikenal yaitu : hipertonis (tonisitas lebih tinggi dari plasma), isotonis (tonisitas sama dengan plasma), dan hipotonis (tonisitas lebih rendah dari plasma). Dengan pemberian cairan, bentuk sel bisa berubah:
- hipertonik: shrinkage
- isotonik: tetap
- hipotonis: swelling
Kemampuan cairan untuk bertahan di dalam pembuluh darah ditentukan oleh JENIS dan SIFAT cairan:
- Kristaloid atau koloid
- Hipotonis, isotonis, atau hipertonis (menentukan perpindahan cairan dari ekstra dan intraseluler)
- Iso-onkotik atau hiper-onkotik (menentukan perpindahan cairan dari intra ke ekstravaskular --> berkaitan dengan berat molekul (tekanan onkotik).
Cairan Isotonis memiliki osmolaritas sebesar 275-295 mOsm/L, Hipotonis <250 mOsm/L, Hipertonis >350 mOsm/L. Komposisi cairan yang ideal adalah yang tidak banyak mempengaruhi keseimbangan elektrolit, status asam-basa, koagulasi, dan osmolaritas.
Ketika kita memberikan terapi cairan, tidak selamanya cairan itu bertahan di intravaskular. Perpindahan cairan ini sangat dipengaruhi oleh jenis, jumlah, besar molekul cairan tersebut, serta faktor yang lain. Sebagai contoh disaat kita memberikan cairan kristaloid sebesar 1L, hanya sekitar 180 mL yang akan bertahan di intravaskuler, sedangkan yang lain berpindah ke interstitial. Kenapa tidak ke intraseluler? karena kristaloid bersifat isotonis.
Pada cairan hipotonis, cairan masuk ke intraseluler, berikut contohnya apabila kita memberikan cairan D5%:
Kalau kita berikan cairan jenis ini dalam jumlah besar, maka akan terjadi peningkatan tekanan hidrostatik, tetapi menurunkan tekanan onkotik.
*nice to know: Cairan dalam plasma tidak bisa mudah keluar ke dalam cairan interstitial, karena harus melalui membran kapiler, yang terdiri dari endothelium dan glycocalyx. Glycocalyx berfungsi melindungi internal vascular, jika rusak akan menjadi masalah: bisa rerjadi kebocoran -> cairan lolos ke interstital yang mengakibatkan berbagai komplikasi, cth: ARDS.
Salah satu yang merusak glycocalyx adalah iatrogenic acute hypervolemia. Kalau kita memberikan cairan terlalu agresif, maka akan meningkatkan ANP dan menyebabkan kerusakan glycocalyx.
Semua pasien yang mendapatkan terapi cairan IV harus dimonitoring secara berkala. Penilaian pada status cairan tidak dapat berdasarkan salah satu variabel saja. Hati-hati jangan sampai terjadi hipervolemia.
Berikut ini adalah akibat dari kesalahan dalam pemberian terapi cairan:
Oke segitu dulu untuk materi terapi cairan 1, nanti kita lanjutkan di materi terapi cairan 2....Jika ada pertanyaan bisa ditanyakan di kolom chat dibawah :)
Komentar
Posting Komentar